Jumat, 25 Februari 2011

PENGAJARAN IPS DENGAN MODEL PENDEKATAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

PENGAJARAN IPS DENGAN MODEL PENDEKATAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI



MAKALAH

Diajukan Untuk memenuhi tugas mandiri
Mata kuliah : Telaah Kurikulum SMA/ SLTP
Dosen : Dra. Suniti, M.Pd.




Di susun oleh:
Ekho Shakty MZ
047 023

TARBIYAH/IPS-A/V
STKIP Muhammadiyah
BONE
2011

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmatnya dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “pengajaran ips dengan model pendekatan aptitude-treatment interaction dalam kurikulum berbasis kompetensi” shalawat dan salam kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah membewa kita semua pada suatu perubahan yang lebih baik yakni menjadi manusi ayang beriman dan berilmu.
Kiranya dengan adanya makalah ini harapan kami mudah-mudahan dapat memberikan sedikit pengetahuan dan pemahaman mengenai pengajaran IPS dengan model pendekatan ATI dengan kurikulum berbasis kompetensi untuk mengefektifkan proses pembelajaran.
Dan selaku penisis kami mengucapkan benyak terimakasih kepada ibu Dra. Hj. Suniti M.Pd.selaku dosen pengampu, karena berkat bi,mbingan dan dorongan serta motivasi, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tak lupa pula kepada semua pihak yang terkait yang telah memberikan masukan.
Sebagai akhir kata, kami mohon maaf jika ada kesalahan yang mungkin kami tidak sengaja.





BONE 26 Nov 2011.


Dafatar isi
BAB I pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan maslah
C. Tujuan
BAB II pembahasan
A. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
B. Pengjaran IPS
a. Hakikat dan pengertian IPS
b. Tujuan pengajaran IPS
c. Sumber pemilihan dan materi kurikulum IPS
C. Model pendekatan ATI
a. Hakekat den pengertian model pendekatan ATI
b. Spesifikasi model pendekatan ATI
c. Implementasi model pendekatan ATI
BAB III penutup
A. Kesimpulan
Daftar pustaka



Daftar pustaka
Nurdin, syarifuddin. 2005. Model Pembelajarna Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasisi Kompetensi. Ciputat : quantum teaching.
Sanjaya. Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berabsis Kompetensi. Jakarta : kencana
Hamalik Oemar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum . bandung PT remaja rosda karya.
B. Uno, Hamzah . 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Yang Kreatif Dan Efektif.



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Maslah pokok pendidikan diindonesia saat ini masih mengenai pada soal pemerataan kesempatan, relevansi, kualitas efisiensi dan efektifitas pendidikan. Sesuai dengan masalah pokok tersebut serta memperhatikan isu dan tantangan masa kini dan kecenderungan dimasa depan. Maka ddalam meningkatkan kualitas SDM untuk mengatasi persoalan dan menghadapi tantangan itu perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan kapasitas siswa secara optimal.
Meskipun sejak 2004 yang lalu DEPDIKNAS telah mendeklarasikan diberlakukannya pendidikan KBK diseluruh lembaga pendidikan di Indonesia, namun model pembelajaran yang diterapkan disekolah-sekolah saat ini pada umumnya masih berbentuk pembelajaran biasa yang bersifat konvensional. Berbagai hasil penelitian menyatakan bahwa model pembelajaran konvensional belukm mampu menjadikan semua siswa dikelas bisa menguasai kompetensi minimal yang telah ditetapkan.
Menurut beberapa pakar pendidikan model pembelajaran yang dikembangkan dewasa ini kelihatannya masih belum peduli dan bahkan belum mampu mengapresiasi serta mengakomodasi perbedaan-perbedaan individual siswa. Slah satu prinsisp atau asas mengajar menekankan pentingnya individualitas, yaitu menyesuaikan pembelajaran dengan perbedaan individual siswa.
Fenomena yang digambarkan diatas, baik yang menyangkut rendahnya kualitas prestasi akademik/hasil belajar siswa, maupun layanan pembelajaran yang belum dapat mengapresiasi dan mengkomodasi individual (aptitude) siswa, merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh guru.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model pembeljaran ATI ?.
2. Apa tujuan yang hendak dicapai dalam proses belajara mengajar dengan menggunakan model pendekatan ATI ?
3. Bagaimana implementasi model pendekatan ATI ?
C. tujuan
a. Agar dalam proses pembelajarannya sesuai dengan karakteristik kemampuan siswa.
b. Agar guru dapat mengetahui tingkat kemampuan setipa siswa anak muridnya.
c. Dapat mengoptimalkan prestasi akademik / hasil belajar .
d. Agar guru dapat memberikan perlakuan (treatment) terhadap siswa dengan tingkat kemampuan siswa.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
Sebagaimana diketahui bahwa kurikulum adlah seluruh pengalaman belajar yang ditawarkan pada peserta didik dibawah arahan dan bimbingan sekolah. Sebagai sebuah kurikulum Siskandar (kepala pusat kurikulum depdiknas)mengemukakan bahwa kurikulum berbasisi kompetensi adalah pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan. Kompetensi itu meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir serta bertindak (2003).
Secara umum kompetensi yang harus dimilikoelh setiap siswa bisa diklasisfikasikan menjadi empat yakni : kompetensi tamatan adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan belajar pada suatu jenjang tertentu. Kompetensi mata pelajaran adlah rumusan kompetensi siswa dalam berfikir, bersikap dan bertindak setelah menyelesaikan mata pelajaran tertentu. Kompetensi-kompetensi yang dihasilkan dari setiap mata pelajaran itu akan menghasilkan kompetensi rumpun mata pelajaran. Dan rumpun mata pelajaran akan menghasilkan kompetensi lulusan, dan kompetensi yang dapat diterapkan untuk beberapa mata pelajaran, lazim disebut dengan kompetensi lintas kurikulum. (karhani dalam rosyadi 2004).
Dalam mengimplementasi KBK,, kegiatan pembelajaran harus berpusat pada siswa, berlangsung dalam suasana mendidik, menyenangkan dan menanatang dengan berbasis prinsip paedagogis dan andragogis. Dengan pendekatan tersebut siswa diharapakan secara aktif dapat berkembang menjadi pribadi yang berwatak, matang dan untuk serta memilikk kompetensi selaras dengan perkembangan kejiwaannya. Suasan abelajar harus dirancang sedemikian rupa sehingga anak mapu menggunakan seluruh potensinya secara optimal.
Dalam KBK itu terdapat belajar tuntas, dalam belajar tuntas itu terdapat dua model yakni : model individual dan model kelompok. Penerapan belajar tuntas dalam KBK dapat menggunakan dengan teknik model pembelajaran aptitude treatment interaction (ATI).

B. Pengajaran IPS
a. Hakikat dan pengertian IPS
Dalam kajian ilmu pengetahuan social (IPS) terdapat beberapa istilah yang kadang-kadang sering diartikan secara tumpang tindih antara satu dangan yang lain. Istilah-istilah tersebut adalah : Studi social, yaitu merupakan program pendidikan yang dikembangkan dari ilmu-ilmu sosial yang bersangkut paut dengan kehidupan manusia. Studi sosial biasnya menggunakan keilmuan yang termasuk kedalam lingkup disiplin ilmu-ilmu sosial. (social scientist).
Ilmu-ilmu sosial (social scientist) menurut ahmada sanusi (1971 :17) yaitu ilmu sosial terdiri atas disiplindisiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi.
Kemudian ilmu pengetahuan sosial (IPS) adlah salah satu mata pelajaran yang dijarkan disekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai kependidikan menengah. Pada jemjang pendidikan dasar, pemberian materi pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan praktis, agar mereka dapat menelaah, mempelajari dan mengkaji fenomena-fenomena serta masalah sosia yang ada disekitar mereka. Dalam mengkaji dan membahas persoalan-persoalan tersebut. Ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah mendapat sumber materi dari berbagai bidang ilmu sosial seperti : ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, ilmu politik dan syariah.
Nu’man sumantri (2001 : 4) mengertikan pendidikan IPS yang diajarkan sekolah sebagai :
1. Pendidikan IPS yang menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai kewarganegaraan,, moral, ideology Negara dan agama.
2. Pendidikan IPS yang menekankan pada isi dan metode berpikir keilmuan sosial.
3. Pendidikan IPS yang menekankan pada Reflective in quiri
4. Pendidikan IPS yang mengambil kebikan-kebaikan dari butir 1,2, dan 3.

b. Tujuan pengajaran IPS
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebabagai individu maupun sebagai sosial budaya (hasan 1993.92).
Kemudian dalam berbagai buku sosial studies, para ahli merumuskan tujuan IPS dengan mengaitkan dengan usaha mempersiapkan atau siswa menjadi warga Negara yang baik.
Bilamana sasaran dan tujuan-tujuan pembelajaran IPS yang telah disebutkan diatas dieliminasi dan dikaitkan dengan “taksonomi of educational objective” yang dikemukakan oleh bloom, maka secara garis besar terdapat tiga sasaran pokok dari pembelajaran IPS :
1. pengembangan aspek pengetahuan (cognitive)

dalam pengembangan aspek ini dapat diupayakan melalui penguasaan materi (substansi) mata pelajaran IPS yang berasal dari ilmu-ilmu sosial seperti : sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi dan tata Negara.
2. pengembangan aspek nilai dan kepribadian (affective)
sedangkan dalam pengembangan aspek nilai dan kepribadian dalam pembelajaran IPS perlu diperhatikan keterkaitan antara murid/siswa dengan masyarakat. Tentang bagaimana keterkaitan antara murid/siswa dan masyarakat, Nana Syaodih Sukmadinata (1997 : 58) mengatakan bahwa ada tiga sifat penting pendidikan yaitu :
• Pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai
• Pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat
• Pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkingan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung.
3. Pengembangan aspek keterampilan (psychomotoric)
dalam pengembangan aspekk keterampilan ini, menurut Jarolimet (1993 :9-10) mengatakan bahwa aspek-aspek keterampilan yang perlu mendapat penekanan dalam IPS aadalah :
• social skill
• studi skill and work habits
• group skill
• intelektual skill
dalam pemebelajaran IPS aspek-aspek ilmu pengetahuan diatas harus mendapat penekanan, terutama pada jenjang pendidikan dasar.
Dengan tercapainya tiga sasaran pokok tersebut diharapkan akan tercipta manusia-manusia yang berkualitas, bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan Negara serta ikut bertanggung jawab terhadap perdamaian dunia.
c. Sumber pemilihan dan materi kurikulum IPS
1. sumber materi kurikulum IPS
ilmu pengetahuan sosial (IPS) bukanlah matapelajaran yang berdiri sendiri tetapi terdiri dari beberapa disiplin ilmu, yaitu syarah, geografi , ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata Negara. Oleh karena itu sumber materi kurikulum berasal dari kontribusi disiplin ilmu tersebut . artinya, materi kurikulum yang akan dikembangkan dalam pembelajaran IPS berasal dari disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata Negara.
Dismaping itu tidak dpat dilepaskan bahwa pengertian “materi” juga termasuk substansi dan proses yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Sebagaimana dijelaskan Hasan (1996) bahwa termasuk dalam pengertian “materi ini ialah substansi dan proses yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosiaal” yang dimaksud substansi disini ialah “ pandangan, tema, topik, fenomena, fakta, peristiwa, prosedur, konsep generalisasi dan teori.
Deengan demikian dapat dipahami bahwa sumber materi kurikulum IPS berasl dari disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi sosiologi, antropologi dan tata Negara dan termasuk didalamnya proses, prosedur dan langkah-langkah yang harus dialksanakan murid/siswa dalam mempelajari dan mengkajinya.
2. pemilihan materi kurikulum IPS
dalam hal ini Hasan (1996) menyatakan bahwa “ materi kurikulum yang dikembangkan dari disiplin ilmu disiplin berdasrkan keterkaitannya dengan tujuan. Semakin kuat keterkaitannya semakain besar kemungkinan materi tersebut akan dipilih sebagai materi kurikulum”. Jadi dalam pemilihan materi kurikulum harus didasrkan dan disesuaikan sedemikian rupa dengan tujuan yang telah dirumuskan.

C. Model pendekatan ATI
a. Hakikat dan pengertian model pendekatan ATI
Secara subtantif dan teoritik “ Aptitude- Treatment-Interaction” (ATI) dapat diartikan sebagai suatu konsep pendekatan yang memilik sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Pengertian ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan snow. (1989) sebagai berikut :
Aptitude treatment interaction (ATI) the concpt that interaction strategies (treatment) are more or less effective for particular individuals depending upon their specipfict abilities As a teoritical frame work . ATI suggest that optimala learning regalt when the instruction is exactly matched to the aptitude the learness”.
Hal ini berarti bhawa dipandang dari sudut pembelajaran (teoritik) ATI approach merupakan sebuah konsep (model) yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang sedikit banyaknya mangkus (efektif) digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan karakteristik kemampuannya. Didasri oleh asumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik / hasil belajar dapat dicapai melalui penyesuaian antara pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude ) siswa.
Pernyataan snow diatas menggambarkan adanya hubungan timabal balik antara hasil belajar yang diperoleh siswa dengan pengaturan kondisi pembelajaran. Hal ini berarti bahwa prestasi akademik / hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh kondisis pembelajaran yang dikembangkan oleh guru dikelas. Dengan demikian secara implisit berarti bahwa semakin cocok perlakuan metode pembelajaran (trreatmenr) yang diterapkan guru dengan perbedaan kemampuan (Aptitude)siswa makin optimal hasil belajara yang dicapai.
Berdasrkan pengertian-pengertian yang dikemukakan diatas dapat diperoleh beberapa makna esessnsialdari ATI approach, sebagai berikut :
1. ATI approach merupaka suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran (treatment)yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.
2. sebagai sebuah kerangka teorotik ATI approach berasumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik? Hasil belajar akan tercipta bila man perlakuan-perlakuan (treatment) dalam pembelajran disesuaikan sedemikian rupa dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.
3. terdapat hubungan timbala balik antara prestasi akademik /jasil belajar yang diperoleh siswa (achievment) terhgantiung kepada bagaimana kondisi pembelajaran yang dikembangkan guru dikelas (treatment).
Untuk mencapai tujuan seperti yang telah digambarkan diatas, ATI approach berupaya meneukan dan memilih sejumlah pendekatan, metode/ cara, sttrategi, kiat yang akan dijadikan sebagai perlakuan (treatment) yang tepat yaitu ttreatment yang sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.
Kemudian melalui suatu interaksi yang bersifat multi plikatif dikembangkan perlakuan-perlakuan (treatment) tersebut dalam pembelajaran, sehingga akhirnya dapat diciptakan optimalisasi prestasi akademik/ hasil belajar. Keberhailan model pendekatan ATI mencapai tujuan dapat dilihat sebagaimana terdapta pesesuaian antara perlakuan-perlakuan (treatment) yang telah dimplementasikan dalam pembelajaran dengan kemampuan siswa.
Dengan demikian bahwa tujuan utama pengembangan model pendekatan ATI adalah terciptanya optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar. Melalu penyesuaian pembelajran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.
Agar tingkat keberhailan (efektifitas) pengembangna model pendekatan ATI dapat dicapai dengan baik , maka dalam implementasinya perlu diperhatikan beberapa prinsip yang dikemukakan Snow (1996) sebagai berikut :
• Bahwa interksi antara kemampuan (aptitude) dan perlakuan (treatment) pembelajran berlangsung didalam pola yang kompleks dan senantiasa dipengaruhi oleh variable-variabel tugas/jabatan dan situasi.
• Bahwa lingkungan belajar yang sangan struktur cocokk bagi siswa yang memilik kemapuan rendah, sedangkan lingkungan pembelajaran yang kurang terstruktur fleksibel lebih pas untuk siswa yang pandai.
• Bahwa bagi siswa yang memilik rasa percaya diri kurang atau sulit dalam menyesuaikan diri, cenderung belajarnya akan lebih baik bila berada dalam lingkungan belajar yang sanga tertstruktur. Sebaliknya bagi siswa yang tidak pencemas atau memilik rasa percaya diri tinggi (independent) belajarnya akan lebih baik dalam situasi pembelajaran yang agak longgar (fleksibel).
b. Spesifikasi model pendekatan ATI
Aptitude- Treatment-Interaction (ATI) approach merupakan sebuah model pendekatan dalam pembelajaran yang berupaya sedemikian rupa untuk menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa, dalam rangka mengoptimalkan prestasi akademik/hasil belajar (cronbath & Snow 1999) pendekatan ini dikembangkan berdasrkan asumsi bahwa “optimalisasi prestsi akademik / hasil belajar dapat dicapai melalu penyesuaian antara pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa (snow 1999).
Model pendekatan Aptitude treatment interaction (ATI)yang akan dikembangkan dalam pembelajarna IPS melalui penelitian research and development ini dirancang dengan spesifikasi khusus, terdiri dari empat tahapan sebagai berikut :
1. treatment awal
pemberian perlakuan treatment awal pada siswa dengan menggunakan aptitude testing, perlakuan pertama ini dimaksudkan untuk menentukan dan menetapakan klasifikasi kelompok siswa berdasrkan tingkat kemampuan (aptitude ability), dan sekaliguss juga untuk mengetahui potesi kemapuan masing-masing siswa dalam menghadpai informasi/ pengetahuan ataupun kemampuan yang baru.
2. pengelompokan siswa
pengelompokan siswa yang didasrkan pada hasil aptitude testing. Siswa didalam kelas diklasisfikasikan menjadi tiga kelompok yan gterdiri dari yang berkemapuan tinggi, sedang dan rendah. Bloom dan Gagne (1997 & 1982) menyebutkan pengelompokan itu dengan cepat sedang dan lambat.
3. memberikan perlakuan
kepada masing-masing kelompok diberikan perlakuan (treatment) yang dipandang sesuai dengan karakteristiknya. Dalam pendekatan ini kepada siswa yang berkemampuan “tinggi” diberikan perlakuan (treatment) berupa self learning melalui modul. Siswa yang memiliki kemampuan “sedang” diberikan pembelajaran secara konvensional atau regular teaching. Sedangkan kelompok siswa yang berkemampuan “rendah” diberikan perlakuan (treatment) dalam bentuk regular teaching + tutorial. Tutorial dapat diberikan oleh guru IPS sendiri atau oleh para tutor dan mentor yang sudah menerima petunjuk dan bimbingan dari guru.
4. achievement test
diakhir setiap pelaksanaan, uji coba dilakukan dalam penilaian prestasi akademik/hasil belajar setelah diberikan perlakuan (treatment) pembelajaran kepada masing-masing kelompok yang senuai dengan kemampuan siswa (tinggi sedang dan rendah) melalui beberapa kali uji coba dan perbaikan serta revisi (dalam rentang waktu yang sudah di jadwalkan), diadakan achievement test untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang sudah dipelajarinya.

D. Implementasi model pendekatan ATI
Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangnan (research an development) ini meskipun model pendekatan ATI belum memiliki langkah-langkah atau pola baku dalam pengembangannya tapi langkah atau pola yang akan dikembangkan dalam studi ini dapoat diadopsi dari beberapa kajian dan studi yang dilakukan para peneliti terdahulu, seperti dari : penelitian an aptitude-treatment interaction approach to transfer within training oleh A.M. Suilivan (1964), yang dilakukan pusat riset angkatan udara AS, studi tentang verbal and spatial abilities in relation to the cognitive demands of diferent kinds of illustrations in text materials oleh Gusstaffson & Harnguist (1977) di gote bord, swedia.
Berdasarkan kajian dan studi terhadap penelitianpenelitian yang telah dikemukakana diatas serta berpegang pada prinsip-prinsip model pendekatan ATI yang ada, maka dapat di adpatasi beberapa langkah yang dapat dikembangkan :
1. Studi atau penelitian diawali dengan melaksanakan pengukuran kemampuan masing-masing siswa melalui test kemampuan (aptitude-testing).
2. Membagi atau mengelelompokkan siswa menjadi tiga kelompok sesuai dengan klasifikasi yang didapatkan dari hasi Aptitude testing.
3. Melakukan test awal (pre test) untuk mengetahui entri behavior siswa dikelas secara keseluruhan
4. Memberikan perlakuan (treatment) kepada masing-masing kelompok siswa (tinggi sedang dan rendah) dalam pembelajaran.

Bagi kelompok siswa yang memiliki kemampuan (aptitude) tinggi perlakuan yang diberikan yaitu belajar mandiri (self learning) dengan menggunakan modul plus yaitu belajar secara mandiri melalui modul dan buku-buku test IPS yang relefans.
Modul merupakan suatu program belajar mengajar terkecil yang dipelajari oleh siswa sediri secara perorangan atau diajarkan oleh siswa sendiri secara perseorangan (self intruction), setelah siswa menyelesaikan satuan yang satu dia melangkah maju dan mempelajari satuan berikutnya (winsel, 1987 : 274). Modul sebagaimana pengertian diatas merupakan salah satu media cetak lainnya. Bedanya dapat dilihat dari cirri-ciri yang dimilikoleh modul itu sendiri sebagaimana dijelaskan oleh James D. Russel (1972) yaitu :
1. berbentuk pngajaran individual (indiviodualized)
2. dalam pelaksanaan pembelajarab ada kebebasan (freedom)
3. terdpata keluesan (fleksibel)
4. partisipasi aktif (active particpation).

Sebagian besar dan bahkan hamper seluruh cirri-ciri modul yang telah dikemukakan diatas cocok dengan model pendekatan ATI, yang menunjukan kepedulian (concern) pada :
• penyesuaia pembelajaran terhadap individual; murid / siswa (individual diferent).
• Pemberian perlalkuan (treatment) pembelajaran dalam bentuk self learning atau belajar secara mandiri
• Kebebasan terhadap guru dalam memilih metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik kemampuan (aptitutde) masing-masing siswa.

Sedangkan bagi kelompok siswa yang berkemampuan sedang dan rendah diberikan pembelajran regular atau pembelajaran konvensional sebagai mana biasannya. Hanya saja, selama penelitan dan pengfembangan berlangsung proses pembelajran dialkuakn secara optimalm artinya, pembelajaran semaskimal mungkin harus mengukiti petunjuk pelaksaan kegiatan belajar mengajar yang sudah digariskan dalam kurikulum IPS.
Terakhir, bagi kelompok siswa yang mempunyai kelmapuana yang rendah diberikan special treatment, yaitu berupa penbelajaran dalam bentuk re teaching and tutorial. Perlakuan (treatment) diberikan setelah mereka bersam-sama kelompok sedang mengikuti pembelajaran secara regular (regular teaching). Hal ini dimaksudkan agar secara psikologis siswa berkemampuan rendah tidak meras diperlakukan sebagai murid nomer dua duikelas.
Setelah pembelajaran berakhir dengan menggunakan bebrabgai perlakuan yang di identifikasi sebelumnya kemudia dilakukan post test kepada tiga kelompk siswa tinggi sedang dan rendah. Skor atau nilai post test yang dicapai siswa pada akhir pembelajaran akan dijadikana bahan analisis gina menentukan tingkat keberhasilan (efektifitas) pengembangan model pendekatan ATI dalam pembelajran.
BAB III
KESIMPULAN

Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya dimilliki oleh siswa setelah menyelesaikan pendidikan. Kompetensi yang harus dimiliki siswa yaitu kompetensi pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
Kemampuan setiap individu siswa/murid itu kemampuannya berbeda-beda, kemampuan intelektual itu terbagi menjadi tiga, yaitu: siswa yang kemampuannya tinggi, sedang dan rendah. Oleh karena itu dalam pembelajarannya menggunakan model pendekatan aptitude-treatment-interaction (ATI), dalam pendekatan ini lebih menekankan atau menitikberatkan kepada kemampuan masing-masing individu siswa/murid. Aptitude-traetment-interaction merupakan suatu konsep pendekatan yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran yang efektif untuk digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Pengembangan model pendekatan ATI itu tujuan utamanya yaitu terciptanya kesesuaian antara pembelajaran dengan karakteristik kemampuan siswa, dalam rangka mengoptimalkan prestasi akademik atau hasil belajar.

1 komentar: